To All GiriWana Members

Kepada seluruh Anggota Mapala GiriWana STHB yang ingin mem-posting (*syukur2 kalo ingin semua) suatu tulisan dalam bentuk apapun (*narasi, deskripsi, puisi, catatan perjalanan, sharing materi, curhat, jeung sajabana) atau photo-photo, silahkan kirimkan naskahnya dalam format words atau text atau attachment photonya ke e-mail
giriwana_mapalasthb@yahoo.com wajib disertai biodata (nama,angkatan,dan NRA)

catatan : Sensor berlaku !!!


Dari Kami

Selamat datang kepada Mahasiswa Baru Tahun 2013, ditunggu kehadirannya di Keluarga Besar Mapala GiriWana STHB.

Rabu, 03 Juli 2013

SAR (Search And Rescue) : Sebuah catatan LATGAB SAR KBPA-BR dan BASARNAS Situ Lembang 21-27 Mei 2001 | Bag. 1

Bekasi, Juni 2013

Bongkar-bongkar isi kamar dan menemukan file-file lama sepertinya sudah menjadi urutan wajib saat pindah rumah. File-file lama, ibarat istilah disimpan menuh-menuhin tapi untuk dibuang juga sayang. Faktor kenangan, manfaat, atau apalah itu tetap saja file lama seperti diary, brosur, catatan saat sekolah, bon tagihan, dan lain-lainnya, dengan kertas yang sudah kusam akan selalu sayang untuk dibuang. 



Salah satu yang kutemukan adalah file yang satu ini, Diktat Materi Latihan Gabungan SAR yang diadakan oleh Keluarga Besar Pecinta Alam Bandung Raya (red.KBPA-BR) dan Badan SAR Nasional (red.BASARNAS) di Situ Lembang pada tangga 21 - 27 Mei 2001....darn it's already 10 years ago isn't. Walopun sudah jauh dari hiruk pikuk dunia kepecinta alaman tapi menemukan kembali diktat ini dan membaca isinya tetap saja membuat benda ini sayang untuk disia-siakan, tetap disimpan buat anak cucu nanti mungkin, but it will more usefull if i shares some on this blog...though there's a lot of source u all can get from net about SAR tapi setidaknya ringkasan ini bisa menambah bahan bacaan rekan-rekan penggiat alam bebas yang ingin menambah pengetahuan mengenai SAR.

Yang perlu ditekankan adalah...I'm not an expert nor the author of this thing, saya hanya merangkum apa yang ada di diktat yang saya peroleh saat mengikuti Latgab SAR KBPA-BR dan BASARNAS jadi jika ada kesalahan atau ketidakcocokan dengan sumber lain mohon untuk dikoreksi, dilengkapi....

and this the resume.....


SEARCH AND RESCUE (SAR)
Situ Lembang, Mei 2001

I.Pendahuluan

Motto SAR :
Internasional : TO SAVE LIFE AND LIMB
Nasional : AVIGNAM JAGAT SAMAGRAM

Definisi dan Hakekat SAR

SAR (Search and Rescue) dapat didefinisikan sebagai Mencari dan Menyelamatkan yaitu aktifitas personil dan fasilitas untuk menolong dan dengan efektif dan efisien terhadap jiwa manusia (sesuatu yang berharga) dalam keadaan distress/membahayakan.
Kegiatan SAR pada hakekatnya adalah kegiatan kemanusiaan yang merupakan kewajiban moral setiap orang. Dilaksanakan dengan suka rela dan tanpa pamrih, untuk menolong korban musibah dengan cepat, tepat dan efisien dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang ada baik berupa prasarana, sarana, maupun manusia yang ada.

Secara umum, kegiatan SAR dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu :


  1. SAR PRIMER : ditangani oleh orang-orang ahli yang selalu siap siaga dimana saja dengan segala fasilitas, yang tentunya berada dalam koordinator SAR.
  2. SAR SEKUNDER : Hampir sama saja dengan primer tetapi hanya terdapat di daerah-daerah tertentu yang dianggap penting misalnya : SAR Gede Pangrango
  3. SAR LOKAL : Ruang lingkup dan bidangnya jauh lebih kecil dan terbatas pada daerah tertentu.


II. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN SAR

Sejarah

Organisasi SAR yang pertama didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1790 dengan nama UNITED STATE COAST GUARD. Di Indonesia organisasi SAR baru berkembang secara formil sejak tahun 1950 setelah Indonesia terdaftar sebagai anggota ICAO (International Civil Aviation Organization).Oleh sebab itu, Indonesia pun turut serta berkewajiban melaksanakan penanganan setiap musibah yang terjadi di wilayahnya.

Tahun 1955 dengan PP No.5 Tahun 1955 Presiden RI menetapkan adanya suatu Dewan Penerbangan yang diberi wewenang untuk membentuk badan gabungan SAR,membuat pusat-pusat regional, terliput masalah rencana anggaran dan materiil yang dibutuhkan.

Dari PP No.5 Tahun 1955 dan Keputusan Presiden No.203 Tahun 1966 ternyata pelaksanaan SAR belum terkoordinasikan secara baik. Melihat kondisi tersebut, maka Menteri Perhubungan dengan surat keputusan No.T-201/I/2-U telah membentuk team SAR lokal Jakarta yang pembentukannya diserahkan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai langkah awal terbentuknya Organisasi SAR Nasional. Pada tahun 1972 dengan Keputusan Presiden No.11 Tahun 1972 ditetapkan terbentuknya Badan SAR Indonesia (BASARI) yang merupakan badan tunggal yang berkewajiban mengkoordinir usaha pencarian, pemberi pertolongan terdiri dari Pimpinan, Pusat Koordinasi SAR Nasional (PUSARNAS), Pusat Koordinasi Rescue, Sub-sub Pusat Koordinasi Rescue serta unsur-unsur SAR. Pada Keppres No.44 dan 45 Tahun 1974 dijelaskan antara (PUSARNAS) sebagai singkatan dari Pusat 

SAR Nasional berada di bawah Departemen Perhubungan. Pada Keppres No.47 Tahun 1979 PUSARNAS diganti menjadi Badan SAR Nasional (BASARNAS). Keppres 28 Tahun 1979 dijelaskan bahwa anggota BASARI termasuk BAKORNAS BPA.

Operasi BASARNAS yang pertama yaitu Operasi Tinombala.

III. STRUKTUR ORGANISASI,TAKTIK DAN TEKNIS MISI OPERASI SAR



SC (SAR Coordinator)
SAR Coordinator dijabat oleh seorang pejabat (biasanya Bupati atau Kepala Polisi) yang karena fungsinya dan wewenangnya sangat berguna bagi operasi SAR dalam wilayah tanggung jawab KKR (Kantor Koordinator Rescue)

SMC (SAR Mission Coordinator)
SAR Mission Coordinator yaitu Pimpinan SAR yang secara langsung merencanakan serta mengkoordinasikan kegiatan SAR, melaksanakan manajemen SAR, serta berbagai kegiatan lain guna menunjang pelaksanaan SAR.
Dijabat oleh seorang yang berpengalaman di bidang SAR dan berfungsi sebagai pimpinan harian SAR. 

Bertugas sejak ditunjuk sampai operasi SAR dinyatakan selesai.
Tugas SMC antara lain :

  • Mengkoordinasikan dan mengendalikan operasi SAR dari awal sampai SAR berakhir.
  • Menerima dan mengevaluasi informasi musibah
  • Meminta data cuaca
  • Membuat rencana operasi pencarian/pertolongan, menentukan area pencarian dan metoda yang akan digunakan, mengevaluasi kegiatan.
  • memberikan briefing terhadap unsur-unsur yang diberangkatkan
  • Menghentikan operasi jika dianggap tidak efisien lagi berdasarkan analisa/pertimbangan.


OSC (On Scene Commander)
Ditunjuk oleh SMC untuk melaksanakan Koordinasi dan pengaturan misi SAR di tempat kejadian, serta melaporkan secara berkala kepada SMC tentang kegiatan SAR, bila area musibah terlalu luas dapat ditunjuk lebih dari satu OSC

SRU (Search and Rescue Unit)
Regu pencari yang secara nyata melaksanakan operasi SAR. Wewenangnya terbatas pada pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan oleh OSC/SMC, serta melaporkan secara berkala dan berkonsultasi mengenai kesulitan dan kemajuan pelaksanaan tugas pencarian.

Adapun tugas SRU adalah :

  • Melaksanakan tugas yang diberikan oleh SMC dan OSC
  • Melaksanakan prosedur pencarian secara benar
  • Melaporkan segala kegiatan secara berkala kepada SMC/OSC pada waktu-waktu yang telah ditentukan
  • Memasang rambu-rambu (marker) pada daerah pencarian guna membantu kelancaran serta ketepatan usaha dan sistem pencarian, antara lain : Rambu Tanda berupa String Line atau Ribbon; Rambu Tertulis berupa Petunjuk Ketinggian dan Petunjuk arah suatu tempat.
  • Catatan petunjuk lapangan (CPL)
  • Memberikan pertolongan pertama kepada korban bila diperlukan
  • Melaksanakan evakuasi korban baik dalam keadaan sehat/cacat maupun dalam keadaan meninggal
  • Dapat melakukan hubungan komunikasi radio dengan baik sesuai prosedur
  • Membuat laporan kerja secara tertulis bila diminta oleh SMC/OSC.

IV. Tahapan Kegiatan Operasi SAR

a. AWARNESS STAGE (Tahap Mengkhawatirkan)
    kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat mungkin akan muncul termasuk di dalamnya   penerimaan informasi keadaan darurat dari seseorang atau organisasi/masyarakat.

b. INITIAL ACTION STAGE (Tahap Kegiatan)
    Aksi persiapan diambil untuk menyiagakan fasilitas SAR dan mendapatkan informasi yang lebih jelas.
Termasuk di dalamnya :

  • Mengevaluasi dan mengklarifikasi informasi yang di dapat.
  • Menyiagakan fasilitas SAR
  • Pencarian awal dengan komunikasi (Preliminary Communication Check/PRECOM)
  • Perluasan pencarian dengan komunikasi (Extended Communication Check/EXCOM)
  • Pada kasus yang gawat, dilaksakan secepatnya setelah tahapan tersebut bila keadaan mengharuskan
c. PLANING STAGE (Tahap Perencanaan)
    Suatu pengembangan perencanaan yang efektif termasuk di dalamnya :

  • Perencanaan pencarian dan di mana sepatutnya dilaksanakan
  • Perencanaan pertolongan dan pembebasan akhir/final delivery

     Untuk lebih sempurna dapat dimasukkan perencanaan :

  • Menentukan posisi paling munkin (Most Probable Position/MPP), dari korban yang dalam keadaan darurat itu.
  • Luas Search Area / Ploting
  • Mode Pencarian
  • Perencanaan pencarian yang dapat dipakai
  • Memilih metode pertolongan terbaik
  • Memilih titik pembebasan/delivery point yang aman bagi korban

d. OPERATION STAGE (Tahap Operasi)
Termasuk dalam tahap ini :

  • Fasilitas SAR menuju operasi
  • Melakukan Pencarian
  • Menolong menyelamatkan korban
  • Memberikan pertolongan gawat darurat pada korban yang membutuhkan
  • Memberikan briefing kepada pasukan pelaksana
  • Melakukan penggatian, penjadwalan pasukan pelaksana di lokasi kejadian.


e. MISSION CONCLUSION STAGE (Tahap Konklusi)
    Tahap ini adalah gerakan dari seluruh fasilitas SAR yang digunakan dari satu titik pembebasan yang aman ke lokasi semula darinya (Regulas Location) termasuk di dalamnya :

  • Mengembalikan pasukan ke pangkalan (Base Camp)
  • Membuat dokumentasi misi SAR
  • Mengembalikan unit SAR ke instansi/perkumpulan masing-masing


STRATEGI PENCARIAN SAR
Strategi dalam pencarian dimulai dengan menentukan daerah pencarian (Search Area) biasanya didasarkan pada 4 metode, yaitu:

1.Metode Teoritis
   Caranya : Membuat search area dengan radius berdasarkan perkiraan jarak tempuh korban dari titik awal diketahui korban terakhir berada (PLS=Point Last Screen) 

  • Untuk korban diperkirakan tidak bergerak


  • Daerah pencarian dapat diperluas dengan memperpanjang radius / jari-jari
  • Bila titik datum (MPP) diperkirakan bergerak, maka daerah pencarian selain berpindah juga  bertambah luas.



  • Bila yang diketahui adalah daerah lintasan, maka daerah pencariannya dapat berupa 



  • lain-lain (disesuaikan dengan keadaan)


2.Metode Statistik
Berdasarkan statistik dari peristiwa SAR masa lalu di Indonesia metode ini tidak ada, karena  catatan statistik mengenai operasi SAR hampir tidak ada.

3.Metode Subjektif
Berdasarkan pengalaman yang luas dari berbagai individu/pihak yang pernah mengikuti kegiatan SAR.Tetapi metode ini kurang efektif

4.Metode Mattson
Search Area didasarkan pada pilihan mayoritas dari beberapa Search Area yang ditentukan oleh beberapa ahlli SAR (3-4 orang)

Penentuan search area ini dilakukan oleh koordinator misi SAR (SMC) dengan mencari titik duga yang paling besar kemungkinannya (MPP=Most Probabile Position=Titik Datum)

Catatan : Faktor-faktor yang mempengaruhi luas area antara lain :
- Kesalahan penentuan posisi teraekhir korban yang diketahui
- Kesalahan navigasi unit pencari (SRU) & kualitas perangkat SAR
- Keadaan Metereologi, dll
Bila informasi yang didapat sangat minim, perhitungan akan bertambah sulit.

Taktik dan Teknis Pencarian dalam SAR
Telah dikembangkan langkah-langkah umum yang dapat diterapkan hampir di setiap situasi alam bebas. 

Berkisar antara 5 mode sebagai berikut :

1. PRELIMINARY MODE (Awal)
a. Proses pengumpulan informasi awal tentang :

  • Terjadinya musibah (5W+H)
  • Korban (Subjek/survivor) secara menyeluruh
  • Keadaan medan, cuaca, peta wilayanh, topografi, analisa medan, dsb.

b. Penyiapan sarana/fasilitas penunjang operasi SAR :

  • Personil SAR, logistik, sarana komunikasi, Base Camp
  • Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan operasi.
  • Keadaan politik

c. Mobilasi Team

d. Perencanaan Pencarian
     Pada mode ini biasanya pimpinan operasi (Operation Leader) SMC akan melaporkan ke pihak-pihak  yang bertanggung jawab : BASARNAS, POLISI, dll. SRU biasanya tidak dilibatkan pada mode ini.

2. CONFINEMENT MODE
Ini merupakan tahap awal team SRU bergerak.
Tujuan dari mode ini adalah korban dijebak pada daerah tertentu

Motode-metode yang biasa digunakan :

a. Trial Block (Razia pada jalan setapak)
Team-team kecil dikirim untuk menjaga jalu-jalur jalan setapak di sekitar area yang dicari/search area. Team ini akan mencatat nama dan data orang yang keluar masuk daerah  tersebut. Team harus menjaga sepanjang waktu dan memastikan bahwa tidak ada seorangpun yang akan lolos tanpa diketahui sampai ada intruksi berikutnya.

b. Road Block (Razia pada jalur keluar)
Disini pamong desa, polisi, masyarakat atau pihak lain dapat diminta bantuannya untuk melakukan pengawasan.

c. Look Outs (Pengintai/Pengamatan)
Biasanya dilakukan di tempat dengan kontour yang lebih tinggi terhadap daerah pencarian yang agak rendah. Team dapat melakukan tindakan yang dapat menarik perhatian korban misalnya : berteriak, memukul bunyi-bunyian, meniup peluit, membuat api/asap, dsb.

d. Camp-In (Fly Camp)
Yaitu sejenis Trail Block dan Look Outs yang mana SAR tersebut dapat mendirikan perkemahan darurat (sementara) sambil berfungsi sebagai Relay Station dan juga kebutuhan lain yang  menunjang operasi SAR. Baiknya Camp-In berada pada daerah yang strategis seperti lokasi dengan luas pandang yang baik, cabang atau pertemuan dari jalan setapak atau pertemuan antara dua  sungai.

e. Track Traps (Jalur Jebakan)
Adalah jalur jalan setapak atau tempat tertentu yang memungkinkan dilalui oleh korban, karena  tempat tersebut secara naluriah akan dipilih untk dilalui misalnya : jalur air, tempat beristirahat yang agak datar, mata air, gua, dsb. Biasanya tempat beristirahat/berkemah/bivak. 
Team SAR dapat membuat jebakan buatan dengan menggemburkan tanah di sekitar jalur yang sesekali diperiksa apakah korban melalui daerah/jalur tersebut, lalu kemana arah selanjutnya.

f. String Line (Jalur Benang)
Ditarik mengikuti jalur tertentu dengan harapan membatasi ruang gerak korban. Dengan menemukan jalur benang ini, korban akan di bimbing menuju tempat tertentu misal : Team SAR, Jalan Setapak, Camp-In, dll. 




Selain itu stringline juga digunakan untuk membagi-bagi area yang cukup luas. Ini dapat menghasilkan dua hal :
- Mengurangi waktu untuk bergerak mencapai String Line
- Membagi area menjadi sektor yang terkuasai team SAR

Aplikasi String_Line lainnya (sama dengan Camp-in)




3.DETECTION MODE
Merupakan usaha untuk mencari korban atau benda yang terjatuh atau sengaja ditinggalkan korban. 

Metode ini sering digunakan dan paling banyak memerlukan tenaga pencari (SRU).
Detection Mode secara umum dibagi 3 :

a. Detection Type I (Reconaissance / Hesty Searching)
Pencarian Type I adalah pencarian yang terburu-buru. Melakukan pencarian secara cepat pada daerah-daerah yang dicurigai Team, biasanya disebut dengan istilah Blitz Team (Tim Kilat)  beranggotakan 3-5 orang agar dapat bergerak secara leluasa dan cepat.

b. Detection Type II (Open Grid : Penyapuan Grid Terbuka)
Melakukan pencarian secara sistematis dan cepat pada daerah pencarian yang luas. Jarak antar anggota-anggota team ditandai dengan kesanggupan melihat suatu titik tanpa melihat anggota team di sampingnya. Setiap anggota team berhak untuk memerintahkan berhenti tetapi hanya team leader yang berhak untuk menentukan lanjut atau tidaknya pergerakan.
Dengan metode ini diharapkan menghasilkan kemampuan pencarian optimal walaupun menggunakan tenaga personil dan waktu yang minimal.




c. Detection Type III (Close Grid : Penyapuan Grid Rapat)
Melakukan pencarian sistematik yang ketat (diperkenankan bergerak lamban) pada daerah yang lebih sempit secara cermat. Jarak anggota team ditandai dengan kesanggupan anggota team untuk melihat anggota team disampingnya.




4. TRACKING MODE
Pencarian dengan mengikuti jejak atau benda-benda yang terjatuh atau sengaja dijatuhkan oleh  korban. Umumnya tracking mode ini dilakukan oleh anjing pelacak atau orang-orang yang sangat terlatih dalam mencari jejak.

5. EVACUATION MODE
Memberikan perawatan kepada korban baik dalam keadaan hidup maupun sudah meninggal dan membawa ke tempat yang lebih aman. Jelas disini menuntut keterampilan dan kemampuan SRU dalam melakukan P3K/PPGD.