To All GiriWana Members

Kepada seluruh Anggota Mapala GiriWana STHB yang ingin mem-posting (*syukur2 kalo ingin semua) suatu tulisan dalam bentuk apapun (*narasi, deskripsi, puisi, catatan perjalanan, sharing materi, curhat, jeung sajabana) atau photo-photo, silahkan kirimkan naskahnya dalam format words atau text atau attachment photonya ke e-mail
giriwana_mapalasthb@yahoo.com wajib disertai biodata (nama,angkatan,dan NRA)

catatan : Sensor berlaku !!!


Dari Kami

Selamat datang kepada Mahasiswa Baru Tahun 2013, ditunggu kehadirannya di Keluarga Besar Mapala GiriWana STHB.

Selasa, 02 Desember 2008

Ada yang kembali dari atas

waaahhhhh....seneng denger kabar kalo adik2 angkatan dah pada pulang dari pendakian. Cuman ya itu..ada aja penyakit lama yang mendadak kambuh pas denger cerita mereka di atas sana, Semeru dan Ciremei. Palagi liat photo2 nya....

Keinginan tuk naek begitu kuat......kapan ya ada waktu yg cukup tuk sekedar jalan kaya mereka.
Makin sulit aja dapet waktu dan kondisi palagi temen jalan yg pas. Semua terbentur ma kebutuhan survive diperkotaan...

Iraha atuuuuuuhhhhhhhhhhhh...........................

Kamis, 19 Juni 2008

Nikmat v.s Cinta ? mana yang merusak ?


Pecinta Alam mana yang tidak akan marah kalo mereka disebut sebagai penikmat alam...coba saja !!Perdebatan mengenai kedua kata ini sebenarnya merupakan hal yang klasik dan lucu sebenarnya.

Kok bisa ya...kadang-kadang ada juga yang berdebat sampai tegang urat leher gara-gara hal itu. Sempat juga dulu, hal yang sama diperdebatkan saat mengikuti suatu acara pembentukan forum Pecinta Alam se-Bandung Raya yang dihadiri beberapa perwakilan organisasi pecinta alam.Kalau dipikir-pikir sebenarnya garis merah perdebatan itu sederhana saja sih, yaitu perusak dan yang tidak merusak.

Perdebatan muncul ketika Penikmat Alam diidentikan sebagai pihak yang hanya bisa menikmati alam saja, seperti penghobi camping, yang senang sekedar hikking atau jalan jalan saja, ya bisa dibilang wisatawan. Sedangkan Pecinta Alam diklaim sebagai pihak yang mencintai alam dengan sangat yang tidak akan pernah merusak alam dalam bentuk terkecil sekalipun.Yang jadi pertanyaan..apakah seorang Penikmat Alam selalu memang hanya bisa menikmati alam dan selalu merusak? benarkah seorang anggota organisasi Pecinta Alam tidak pernah merusak alam? ataukah para penggiat alam terbuka dengan identitas Pendaki, Pemanjat Tebing, Penempuh rimba, bahkan Pecinta Alam sekalipun tidak menikmati setiap aktivitas mereka di alam terbuka?Jawabannya tentu tidak kan, kita tidak bisa menggeneralisasi semuanya.Jadi yang terpenting adalah kita kembali kefitrah kita sebagai manusia yang punya tanggungjawab penuh terhadap alam,saling mengingatkan bukan saling mengklaim dan menunjuk.Nah setelah benar-benar sadar dari diri sendiri mungkin perdebatan seperti tadi tidak perlu lagi mengemuka..biar tidak seperti monyet ngagugulung kalapa.

Ada baiknya kita mencoba menerapkan kode etik seperti yang termuat dalam Eiger Adventure News Edisi 52/Mei-Juni 2008 dalam melakukan kegiatan-kegiatan di alam bebas dan tentu saja dimulai dari diri sendiri dan dalam kegiatan sekecil apapun.

Kode Etik (Leave No Trace Center for Outdoor)

Rencanakan dan Persiapkan :
  • Pelajari aturan dan ketentuan lokal.
  • Siaga untuk cuaca ekstrem, bahaya dan keadaan darurat.
  • Jadwalkan perjalanan di musim padat.
  • Lakukan perjalanan dalam kelompok kecil, atau pecah rombongan besar menjadi regu.
  • Kemas ulang makanan agar tak banyak sampah.
  • Pergunakan peta dan kompas, hindari penandaan dengan cat,bendera,tali plastik.

Berjalan dan ngecamp ditempat yang tidak mudah rusak :
  1. Permukaan yang tidak mudak rusak antara lain,lintasan treking,tempat khusus camping, batuan, rumput kering.
  2. Camping minimal 70m dari sungai/danau.
  3. Camping site yang baik adalah yang ditemukan, bukan dibuat.
  4. Lokasi Ramai :
  • Berkegiatan dilintasan treking dan tempat khusus camping.
  • Berjalan beriringan dibagian tengah lintasan treking,agar tak memperlebar jalan.
  • Api Unggun kecil saja.
  • Berkegiatan secara tersebar, agar tidak meninggalkan jejak / bekas camping.
  • Hindari lokasi yang baru digunakan orang lain agar tidak memperparah bekas.

Dispose of Waste Properly :

- Jangan mengambil,jangan meninggalkan.
- Buang hajat minimal 70 m dari badan air,camp,jalan setapak,dalam lubang 15-20cm,lalu urug.
- Mencuci dan mandi,bawa air 70m dari badan air, pakai sabun (bukan deterjen) sesedikit mungkin.


Tinggalkan apa yang kamu temukan :

- Amati, tapi jangan sentuh peninggalan kuno.
- Jangan pindahkan batu, tumbuhan dan obyek alami lainnya.
- Jangan bawa masuk tumbuhan / hewan asing.
- Hindari membangun, membuat perabot, atau menggali parit.

Mencegah Dampak Unggun :

- Pakai kompor dan lilin, hindari unggun.
- Jaga api unggun.
- Jangan ambil kayu dari pohon.
- Bakar kayu sampai jadi abu, matikan api benar-benar, tebar abunya.

Hargai kehidupan liar :

- Amati satwa dari jauh, jangan dekati atau ikuti.
- Jangan beri makan satwa liar, simpan makanan dan sampah.- Jangan bawa hewan peliharaan.
- Hindari satwa pada musin kawin, bersarang, membesarkan anak.

Hargai pengunjung lain :

- Hargai pengunjung lain.
- Berlaku sopan, mengalah pada orang lain dilintasan.
- Menepi kesisi bawah lintasan jika berpapasan dengan rombongan lain.
- Istirahat dan berkemah jauh dari lintasan dan pengunjung lain.
- Hargai suara alam, jangan membuat suara keras atau kebisingan.

Selasa, 20 Mei 2008

Ada Apa Dengan Navigasi ?

Navigasi…materi ini katanya paling sulit dipelajari dibandingkan dengan materi-materi kepencintaalaman seperti Survival, Mountaineering, Perencanaan Perjalanan dan Perbekalan, Orad, atau materi-materi lainnya.

Saat masih menjadi Anggota Muda dalam tahapan Masa Bimbingan memang materi Navigasi menjadi materi yang paling lama dipelajari. Kang Ipung benar-benar memberikan materi dengan selengkap mungkin. Dari Navigasi Dasar hingga masuk ke Navigasi Darat. Bahasan yang dibahaspun cukup banyak dari Pengenalan Peta Kompas, Orientasi Peta dan Medan, hingga pada aplikasi dilapangan.

Bila dilihat sekilas memang benar materi ini cukup membuat pusing dibandingkan dengan materi-materi lain yang muatannya lebih dominan dilapangan seperti Panjat dan Survival. Navigasi dianggap sebagai materi yang penuh teori sehingga hanya dipelajari didalam kelas saja. Hal itulah sebenarnya yang membuat Navigasi pada saat ini terlihat sebagai materi yang sulit.

Memperhatikan perkembangan organisasi hingga kurun waktu saat ini, ada beberapa hal yang menyebabkan navigasi kurang begitu berkembang di sumber daya anggota GiriWana, antara lain :

  1. Masih dikotakkanya navigasi sebagai materi kelas.
  2. Tidak dibiasakannya membawa peralatan navigasi ketika melakukan suatu perjalanan.
  3. Masih enggan / malas untuk melatih navigasi secara langsung di lapangan.
  4. Lebih banyak menggunakan ilmu taksir ketika dilapangan.
  5. Hanya mempelajari navigasi dari mukanya saja tanpa mengembangkan atau mencari sumber lain dalam mempelajarinya.
  6. Terpaku pada teori-teori kelas yang diberikan.


Sangatlah disayangkan saat mendengar kabar jika adik-adik melakukan suatu perjalanan walaupun itu hanya bersifat ”refreshing” hanya sekedar menikmati perjalanannya saja tanpa mencoba berlatih Navigasi walaupun hanya sekedar iseng saja.

Usahakan Peta, Kompas, Altimeter dan alat penunjang lainnya dibawa serta sehingga perjalanan yang memang direncanakan hanya untuk senang-senang itu tidak terbuang sia-sia. Jangan pula beranggapan karena tempat yang dituju adalah tempat yang sudah biasa dikunjungi kita tidak merasa perlu lagi untuk bersusah payah berlatih.

Inget...koncina kudu terus berlatih...karena materi kepencintaalaman adalah ilmu praktis yang harus diaplikasikan dilapangan, tidak akan bisa kalau hanya membaca.

Sampurasun....

Minggu, 11 Mei 2008

Masih ada bibit yang tumbuh

Mendengar kabar dari rumah belukar....
akhir minggu kemarin beramai orang rumah bermain ke dinding-dinding batu
Jadi ingat dulu...

Jadi kangen juga ama kegiatan panjat, dulu karena terbatas ama alat ama yang ngaping paling banter manjat cuman dinding artifisal (kalo gak salah nama keren dari dinding buatan ini ya?), dindingnya minjem tempat dari tetangga sebelah (eiger)...Talinya (kernmantel) dapet minjem juga dari Kapinis. Serba minjem ya...hehehe..

Ya sampai sekarang keterbatasan alat tetep aja jadi kendala kayanya, walopun ada kernmantel pingitan dari lembaga, tanpa alat-alat pendukung yang laen tetep aja gak pol buat praktek.
Tapi terlepas dari alat, mendengar kabar dari adik2 di rumah belukar masih keyeng mau bersusah-susah pergi praktek mabim di tengah keterbatasan alat jadi salut juga. Syukurlah...
ngan wayahna weh nya yi belajar nyiapin diri sendiri terus, ngenes juga jadi alumni yang belon bisa ngasi suport alat.

Mudah-mudahan gak terus kapok sama keadaan GiriWana, yah pasti ada yang bisa diambil nilai baiknya walaupun kecil. Mmmhhh.....tebing...ada yang meninggalkan jejak yang dalam di tebing2 sunyi itu kan...saudara kita...jadi teruskan latihannya dik, walaupun cuman merayapi tebingnya ke arah samping atau hanya beberapa meter...harus ada yang meneruskan....

Salut buat kalian.....

G.014.WG

Kamis, 24 April 2008

Pada suatu ketika...




Menurut cerita,...di Sekolah Tinggi Hukum Bandung yang berdiri dari tahun 70'an Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berkecimpung (..kaya ikan aja berkecimpung) atau yang mengambil dasar kegiatannya di kegiatan alam bebas..pencinta alam bahasa sucinya...sudah ada dari dulu-dulu. Konon namanya dulu yaitu Mahasiswa Pencinta Alam Raya...tahun berjalan,katanya....UKM ini vakum yang kemudian dirintis kembali pada sekitar tahun 80'an dengan nama yang berbeda, yaitu Mahasiswa Hukum Pencinta Alam. Perbedaan nama itu mingkin...mungkin ya...karena perintis MAHUPALA tidak berada di dalam regenerasi MAPALA Alam Raya.
Pada akhir tahun 90'an, katanya... MAHUPALA pun mengalami kevakuman, hingga akhirnya beberapa mahasiswa STHB angkatan '95 melakukan perintisan untuk membentuk UKM kepencinta alaman baru...

Ide untuk membentuk UKM pencinta alam itu sebenarnya terjadi secara spontanitas ketika para perintis'95 itu mengadakan pendakian yang sebenarnya untuk sekedar iseng saja, namun ide tersebut terlahir dalam obrolan-obrolan santai selama perjalanan. Kembali kelingkungan kampus, para perintis ini kemudian memulai gerakan untuk mewujudkan ide tersebut yang akhirnya terealisasi dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Pembantu Ketua III bidang Kemahasiswaan tentang Pembentukan Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam STHB dengan nama GIRIWANA.

Nama GiriWana (=Gunung Hutan) diambil dengan latar belakang UKM ini terbentuk dari kesamaan hobby para perintisnya yang menggemari kegiatan di alam bebas. Kenapa tidak nama MAHUPALA yang diambil? Masih menurut cerita tidak diambilnya nama MAHUPALA adalah karena didasarkan pada pembentukannya yang berbeda dari MAHUPALA jadi bukan sebagai kelanjutan dari MAHUPALA.

Kegiatan-kegiatan rintisan pun kemudian dilakukan oleh para perintis yang kemudian dikenal sebagai Angkatan Pertama dengan nama Badai Perintis, regenarasi anggota mulai dilakukan.

Ada cerita juga...katanya pada tahun 1997 pada saat Demo UKM di acara Ospek..masih ada dua UKM Pencinta Alam di STHB yaitu MAHUPALA dan GIRIWANA.

Hingga sekarang Mapala GiriWana masih bisa bertahan diantara kendala-kendala yang adadan terus berusaha bertahan walau selama satu dasawarsa banyak hal yang membuat pasang surut oraganisasi. Stigma miring yang dicap di UKM ini masih terus ada, entah apa latar belakangnya, mungkin ada juga yang mengharapkan UKM GiriWana ini untuk berhenti bernafas, tapi ya... bukan gunung namanya kalo gak nanjak...bukan hutan kalo gak ada pohonnya...yang pasti bertahan hidup itu yang harus...

Itulah cerita singkat dari para perintis, untuk lebih bagusnya sih para perintis sendiri nanti (mudah-mudahan) mo berbagi cerita...


G.014.WG

Monyet Gunung K7